Kamis, 30 Mei 2013



BUDIDAYA TANAMAN JAHE
Cuaca yang dingin menusuk tulang menjadi alasan utama seseorang untuk mencari penghangat (penghangat yang sebenarnya : red). Selain kopi hal yang paling di cari dalam kondisi dingin adalah JAHE. Produk pertanian ini telah banyak beredar baik dalam bentuk olahan pabrik atau pun racikan dari resep-resep tradisional, seperti bandrek, sekoteng, ronde, JAHE susu ataupun wedang JAHE.
Menjamurnya warung-warung tenda pinggir jalan terutama yang menjual minuman penghangat, mendorong permintaan yang besar atas JAHE. Selain sebagai minuman JAHE juga di kenal luas sebagai bahan utama obat-obatan, seperti obat masuk angin dan aneka jenis obat gosok. Bukankah sebuah peluang yang cukup besar bagi para Petani untuk mendapat porsi dalam memenuhi kebutuhan akan produk pertanian yaitu JAHE.
JAHE merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. JAHE berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan JAHE terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.
JAHE termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), leng kuas (Languas galanga) dan lain-lain.
Nama daerah JAHE antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), JAHE (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
Uraian Tanaman Tanaman Jahe
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Ciri-Ciri Morfologis Jahe
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu.
Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm  gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gela p, berbintik- bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2mm.
Jenis Tanaman Jahe
JAHE dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas JAHE, yaitu :
1.  JAHE putih/kuning besar atau disebut juga JAHE gajah atau JAHE badak Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis JAHE ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai JAHE segar maupun JAHE olahan.
2.  JAHE putih/kuning kecil atau disebut juga JAHE sunti atau JAHE emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. JAHE ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada JAHE gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. JAHE ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3.   JAHE merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada JAHE putih kecil. sama seperti JAHE kecil, JAHE merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan JAHE kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
Rimpang JAHE dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai
Manfaat Tanaman Jahe
JAHE juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan JAHE, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan JAHE sebagai pestisida alami.
Dalam perdagangan JAHE dijual dalam bentuk segar, kering, JAHE bubuk dan awetan JAHE. Disamping itu terdapat hasil olahan JAHE seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Budidaya Jahe
Untuk mencapai hasil yang optimal didalam budidaya jahe putih besar, jahe putih kecil maupun jahe merah, selain menggunakan varietas unggul yang jelas asal usulnya perlu diperhatikan juga cara budidayanya.
A.Persiapan lahan tanaman jahe
Sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara
lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), sistim guludan atau dengan sistim pris (parit). Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam.
  B. Jarak tanam
            Benih jahe ditanam sedalam 5 – 7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena   dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.
 C. Pemupukan
             Pupuk kandang domba atau sapi yang sudah masak sebanyak 20 ton/ha, diberikan 2 – 4 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-36 300 – 400 kg/ha dan KCl 300 – 400 kg/ha,
diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam sebanyak 400 – 600 kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian. Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke dua sebanyak 20 ton/ha.
 D. Pemeliharaan
        Pemeliharaan dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
a. Penyiangan gulma
        Sampai tanaman berumur 6 – 7 bulan banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu dilakukan secara intensif secara bersih. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang dapat menyebabkan masuknya benih penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam.
b. Penyulaman
        Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1– 1,5 bulan setelah tanam   dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.
c. Pembumbunan
        Pembumbunan mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun dengan 4 – 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu
terpelihara.
d. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
        Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat,
penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi
supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin. Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang
Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
  POLA TANAM TANAMAN JAHE
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, jahe dapat ditumpangsarikan dengan tanaman pangan seperti kacang-kacangan dan tanaman sayuran, sesuai dengan kondisi lahan.
  PANEN TANAMAN JAHE
Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. Tetapi, rimpang untuk benih dipanen pada umur 10 – 12 bulan. Cara panen dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan garpu, cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton rimpang segar, calon varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri
3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%. Mutu rimpang dari varietas unggul Cimanggu-1 dan calon varietas unggul jahe putih kecil dan jahe merah, memenuhi standar Materia Medika Indonesia (MMI).
Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut:
Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
Mutu II : bobot 150 – 249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar